Menggugah Jiwa Kesenian Masyarakat Lombok Timur
Tak terasa waktu satu jam begitu cepat berlalu di depan TV. Saat di mana saya telah banyak berbicara, menjawab apa yang menjadi pertanyaan pembawa acara sore ini. Pertanyaan-pertanyaan seputar bagaimana menggugah jiwa berkesenian bagi masyarakat di Lombok Timur belakangan ini. Barangkali, karena saya baru saja menyelesaikan studi S2 seni di ISI Denpasar, sehingga saya di minta berbagi pengalaman, bagaimana menjalankan program kerja kesenian yang lebih baru di sini. Menurut saya, point pentingnya terletak di bagian awal tulisan ini.
Dalam pertanyaan yang lewat, saya menjawab sekaligus menjelaskan bahwa sudah
semestinya komunitas-komunitas di Lombok Timur kembali mendeklarasikan diri sebagai bagian dari
pecinta seni yang memiliki sikap konsisten dan bersungguh-sungguh dalam upaya menggerakkan
serta menciptakan ruang berkesenian yang selalu menjadi persoalan sepanjang sejarah kesenian masyarakat Lombok Timur.
Konsisten mengadakan
event-event sekecil apapun, tanpa harus terikat oleh penempatan ruang, menunggu moment yang tepat baru berkarya, atau kalau tak memiliki sponsor maka semuanya menjadi tampak sulit. Jadi menurut saya persoalan utamanya bukan terletak di sana, tapi di sini (sambil menunjuk-nunjuk ke arah dada). Hal itulah yang justru akan
menghambat kita dalam melakukan proses kreatif di bidang Seni ini. Saya
menyakini betul bahwa membangun semangat dan kesadaran akan hal tersebut memang harus segera ditanamkan di dalam hati kita, sebagai satu-satunya ruang
berkesenian yang paling penting.
Lagi, saya memandang bahwa kegiatan Seni
semestinya juga tidak melulu menjadi acara-acara tambahan pada kegiatan yang
sifatnya seremonial semata. Peristiwa seni yang dititip-titipkan semacam itu justeru lebih banyak mengaburkan makna berkesenian itu sendiri. Sebab sayang sekali, penampilan yang sudah diperisapkan dengan sangat
matang jauh-jauh justru hanya disisipkan untuk memeriahkan acara yahana yahanu yang tidak jelas tujuannya.
Nah, persoalan inilah yang pada akhirnya mendorong saya melahirkan sebuah gerakan baru di Lombok Timur, dalam kontribusi yang ril, seperti menggerakkan ruang berkesenian dengan nama "MovingArt".
MovingArt sendiri, memiliki hajatan mulia. Yakni untuk mengeliminasi kerisauan-kerisauan
yang ditimbulkan oleh faktor-faktor kendala (tempat, dana dan kesempatan), di mana
komunitas yang akan melakukan kegiatan seni harus terhambat oleh beberapa
Faktor di atas. Lebih lebih bila harus menunggu sampai menjadi artis top
dulu baru merasa sudah sah berkarya atau memiliki sebuah kepercayaan. ah saya pikir hal tersebut adalah sebuah upaya
pembatasan terhadap ruang yang dimaksud. Maka dari itu proses kreatif
harus selalu dilakukan kapan saja dan dimana saja. Karena kebenaran tunggal untuk
menghasilkan suatu karya seni yang baik adalah dengan melakukannya. maka yang paling dibutuhkan terlebih
dahulu adalah kemauan untuk terus belajar menggali potensi yang ada. Di sini di Lombok Timur ini.
Komentar