Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

BOLA API

Gambar
BOLA API   aku mendekap bola api yang menggelinding di tepi jalan memastikan segala tempat tak habis terbakar kambut-kambut kering telah menjadi saksi betapa heroiknya aku saat itu semasa masih kanak-kanak namun, ramadhan ku yang dulu t elah berlalu menjauh   siapa yang hendak melipat ruang cerita? maksudku, apakah kau mau tahu mengenai aku?   naluriku terendapkan sedalam palung, terkunci erat di ruang renung   Bermi, 2017

MENJADI DUA WAKTU

Gambar
MENJADI DUA WAKTU   obituari telah kudeklarasikan, saat aku memilih tenggelam bersama cintamu namun, ketimbang kau bilang hidupku seperti benalu yang merampas nalurimu di malam minggu yang menaklukan perasaanmu di atas sebongkah batu   aku meminta, gunakanlah instingmu , dan cincang saja tubuhku menjadi dua waktu waktu aku mulai membenci dan meninggalkanmu     Kelayu 2017

RODA DARI BUAH AWAR-AWAR

Gambar
RODA DARI BUAH AWAR-AWAR   seratus sebelas harimu berlalu baiklah, bahasa rupa mana yang kau dustakan kali ini, sayang?   bola matamu mungkin telah salah menangkap warnaku ada begitu banyak benih rindu yang kau tanam jauh di poros bumi; kau juga kerap memuji hujan, yang sengaja menghapus jejak kenangan kita   lalu, kubiarkan kau memapah harap di sepertiga malamnya menemukan sendiri dirimu di sana mengupas lagi bentuk zahirmu yang berdebu   caramu memikirkan nasibku, telah banyak membuatku menderita   jadi, bila kau ingin tahu kenapa aku berbeda kau tanam saja pohon awar-awar bila berbuah, petik saja ia bisa jadi roda mobil-mobilan   Kelayu, 2017

AKULAH RUPA YANG TERLUPAKAN

Gambar
AKULAH RUPA YANG TERLUPAKAN   akan kupastikan perasaan ini jatuh padamu, tepat ketika kau menjadi hampa dihadapanku daun masih bernyanyi sebelum sang air menjinjing luka, untuk kesekian kalinya   diseberang tanah yang kuinjak ini. ingatan mereka lumpuh sebab kebencian datang tak berkesudahan. jauh di ulu hatinya terselip sesal teramat dalam   mereka tak lagi mengingatmu yang lumrah jatuh ke atas bumi tua.   bukit tanpa ilalang, menyambut hujan penuh amarah. riak kesedihan datang seperti parasit yang menempel begitu saja. pada entah yang berupa apa saja siapa yang salah siapa yang benar?   sementara, suasana kampung halamanku penuh dengan gelak tawa yang dibuat-buat. mereka datang mengobati sisa rasa sakit, dan tetap melupakan sebab segala yang terjadi di sini   aku jengah.! akulah rupa yang terlupakan lalu kata-kata ini tertimbun begitu saja sedekat setumpuk sampah setenang air melepas sisiknya yang berg...